Pengertian
Ubiquitous Computing
Ubiquitous Computing adalah istilah yang masih
jarang diketahui oleh masyarakat, walaupun istilah tersebut sudah lama, yaitu
pada tahun 1988, Mark Weiser, seorang peneliti senior pada Xerox Palo Alto
Research Center (PARC) telah memproklamirkan istilah tersebut, sehingga
beliau disebut sebagai bapak Ubiquitous Computing.
Apakah
Ubiquitous Computing itu? “Ubiquitous” secara harafiah berarti
ada dimana-mana, dan “computing” bermakna komputasi yang dikaitkan
dengan komputer. Sehingga secara sederhana diperoleh istilah komputasi
dimana-mana. Atau bisa diartikan bahwa Ubiquitous Computing adalah metode untuk
meningkatan penggunaan komputer dengan membuat banyak komputer tersedia
diseluruh lingkungan fisik, tetapi membuat mereka secara efektif terlihat oleh
pengguna.
Sejarah Ubiquitous Computing
Dapat dilihat dari perkembangan komputer di masa
lalu, yang masih merupakan komputer main frame, dimana satu komputer dipakai
untuk melayani banyak user. Kemudian komputer berkembang menjadi semakin kecil
dan personal yang dikenal dengan personal computer, atau komputer yang
digunakan perorangan.
Dan sekarang kita tinggal di masa depan, dimana kita
bisa berinteraksi atau bahkan memiliki dan menggunakan banyak
komputer/perangkat yang mendukung untuk kebutuhan/kegiatan komputasi. Seperti
contohnya saat mesin ATM mulai beredar dan digunakan masyarakat, handphone sampai
berkembang menjadi smartphone, televisi atau media lainnya yang bisa ditemui
dimana-mana. Semakin lama semua teknologi akan terintegrasi untuk mendukung
kebutuhan seseorang dalam skala besar.
1. Ubiquitous / Pervasive
Computing
Inti
dari Ubiquitous Computing atau yang dikenal sebagai Pervasive
Computing melakukan pembagian resource yang ringan, wireless, tidak
mahal dalam jaringan pemrosesan yang terdistribusi ke setiap aspek kehidupan
sehari-hari. Mark Weiser mengenalkan 3 bentuk dasar dari mesin Ubiquitous yaitu
; tab, pad, dan board.
·
Tab : dapat dipakaikan atau dipasangkan dengan ukuran
sentimeter
·
Board : mesin layar interaktif berukuran beberapa meter
·
Pad : segenggam tangan dengan ukuran desimeter.
2. Konsep Dasar
Pada intinya, semua model komputasi di mana-mana
berbagi visi kecil, murah, perangkat pengolahan jaringan yang kuat,
didistribusikan di semua skala sepanjang hidup sehari-hari dan umumnya berbalik
jelas common-tempat berakhir. Sebagai contoh, sebuah lingkungan komputasi di
mana-mana dalam negeri mungkin interkoneksi pencahayaan dan kontrol lingkungan
dengan monitor biometrik pribadi ditenun menjadi pakaian sehingga pencahayaan dan
pemanasan kondisi di kamar mungkin termodulasi, terus menerus dan tanpa terasa
Beberapa karakteristik yang
terjadi di lingkungan
Ada banyak jenis layanan yang dapat ditawarkan dalam
lingkungan, antara lain layanan-layanan airport, perkantoran, perbankan,
transportasi, supermarket, pendidikan, rumah tangga, dan lain-lain yang
tercakup dalam suatu area perkotaan. Karakteristik dari lingkungan pelayanan
ini adalah sebagai berikut:
Pemakai dilengkapi dengan peralatan pribadi yang
mudah dibawa (portable) seperti: PDA, smart phone, komputer kecil yang mudah
dibawa, atau sejumlah peralatan nirkabel yang saling terhubung membentuk suatu
Body Area Network. Peralatan-peralatan tersebut secara dinamis dapat
menyesuaikan jenis protokol radio yang berbeda.
Para pemakai bergerak dalam suatu jaringan
komunikasi nirkabel heterogen yang membentuk suatu jaringan berkabel yang lebih
luas. Peralatan pemakai saling terhubung menggunakan jaringan nirkabel berbasis
infrastruktur. Peralatan-peralatan tersebut juga dapat berhubungan dengan
peralatan, sensor, dan layanan yang ada di lingkungan.
Layanan
bagi pemakai disediakan di berbagai tempat berbeda dalam lingkungan AmI di mana
pemakai dapat menggunakan layanan yang tersedia dengan sumber-sumber daya yang
terhubung tanpa kabel. Layanan-layanan ini diberikan oleh suatu sistem layanan
gabungan dengan application server yang dapat diakses melalui infrastruktur
jaringan.
Untuk mendukung pemberian layanan-layanan tersebut,
lingkungan AmI dilengkapi berbagai jenis sensor. Sensor ini membuat interaksi
antara pemakai dengan jenis layanan yang dibutuhkan menjadi lebih efisien.
Sensor ini akan menangkap informasi dari lingkungan secara terus-menerus dan
memantau aktivitas yang dilakukan para pemakai. Sensor ini kemudian membawa
informasi tersebut ke sebuah modul AmI yang akan memprosesnya dalam suatu
aplikasi. Jenis sensor yang digunakan meliputi jenis sensor tradisional
seperti: sensor suhu, tekanan, cahaya, kelembaban udara, dan sensor-sensor yang
lebih kompleks, seperti kamera yang dihubungkan dengan jaringan kabel. Dengan
demikian, infrastruktur AmI harus dapat menangkap informasi-informasi dari
peralatan-peralatan sensor tersebut.
Pemakai berinteraksi dengan layanan melalui suatu multimodal
user interface yang menggunakan peralatan pribadi untuk berkomunikasi.
Multimodal communication memungkinkan pemakai mangakses layanan tidak hanya
pada saat mereka duduk di depan PC, tetapi juga pada saat mereka bergerak bebas
dalam lingkungan.
Spesifikasi Teknis
Ubiquitous computing mempunyai beberapa spesifikasi teknis sebagai
berikut:
- Terminal & user
interface
Peralatan yang digunakan
sebaiknya mempunyai kualitas tampilan yang bagus dan responsif terhadap input
dari pemakai. Walaupun dengan ukuran display yang terbatas, penggunaanya harus
intuitif dengan tampilan yang bersih menggunakan alat input yang berbeda seperti:
pen, handwriting recognition danspeech recognition.
Jika kita membangun sebuah
sistem dengan banyak komputer untuk satu pemakai, biaya satu komputer hendaklah
tidak terlalu mahal. Meskipun komputer biasa pada umumnya relatif lebih mahal,
kamputer ini tidak dapat digunakan untuk ubiquitous computing. Tidak
semua komputer dalam ubiquitous computing memerlukan prosesor dan
harddisk dengan spesifikasi seperti dalam komputer biasa.
Kebutuhan lain dari ubiquitous
computing adalah mempunyai bandwidth jaringan yang cukup untuk
melakukan komunikasi antara peralatan-peralatan yang digunakan. Selain masalah bandwidth,
ada beberapa faktor lain yang perlu dipertimbangkan berkaitan dengan
transformasi data melalui jaringan, antara lain: lokasi terminal untuk mobile
communication, penggunaan frekuensi yang tepat, menjaga kualitas layanan,
enkripsi data, dan mengurangi gangguan-gangguan laten terhadap jaringan.
Ketika seorang pemakai
menggunakan komputer, dia harus belajar beberapa aspek dasar tentang sistem
operasi dan konsep-konsep file serta struktur direktori. Hal ini mengakibatkan
pemakai akan lebih terfokus pada bagaimana informasi akan disimpan, bukan pada
informasi itu sendiri. Salah satu kebutuhan ubiquitous computing adalah
bahwa komputer harus tersembunyi. Komputer harus dapat “memahami” kondisi
pemakai. Sebagai contoh, melalui penggunaan voice recognition atau interface
lainnya yang memungkinkan pemakai melakukan akses tanpa harus mengetahui
nama file tertentu, lokasi atau format file tersebut.
Ubiquitous computing harus dapat mengeliminasi
kebutuhan instalasi program. Dalam sistem konvensional, seringkali diperlukan
instalasi program yang dapat menimbulkan masalah, dan dalam beberapa kasus
harus melibatkan pemakai. Konsep ini tidak berlaku dalam ubiquitous
computing. Program harus dapat berpindah dari sebuah computer ke komputer
lain tanpa harus mengubah konfigurasi dasar dalam menjalankan suatu program
baru. Salah satu alternatif adalah dengan menggunakan bahasa pemrograman Java
yang dapat dipindahkan ke komputer lain dengan mudah (platform-independent).
Akan lebih baik jika ubiquitous
computing system dapat menjaga agar informasi yang tersedia dapat digunakan
sesuai kebutuhan pemakai. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, salah satu
pendekatan yang dapat dilakukan adalah setiap kali ada seseorang yang baru
bergabung dalam sebuah komunitas, profil pribadi orang tersebut harus
ditambahkan ke setiap peralatan yang ada.
Salah satu masalah yang
paling penting dalam ubiquitous computing adalah resiko privasi yang
serius. Sistem ini dapat menyimpan data-data pemakai dan lokasinya yang mungkin
dapat diakses oleh pemakai lain. Teknologi jaringan yang baru seperti infra
merah atau komunikasi radio nir kabel menggunakan enkripsi untuk menjaga
keamanan data.
Berdasarkan fakta-fakta yang digambarkan di atas,
muncul suatu pemikiran bahwa trend teknologi informasi di Indonesia akan
mengarah ke ubiquitous computing yang merupakan konsep dasar dari teknologi
Ambient Intelligence. Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan akan potensi
penggunaan teknologi AmI di Indonesia ini adalah sebagai berikut:
1. Semakin berkembangnya teknologi jaringan khususnya jaringan
nirkabel yang memungkinkan transfer data dapat dilakukan dengan lebih cepat
dengan biaya yang relatif lebih kecil.
2. Tingkat kemampuan masyarakat dalam menggunakan atau
membelikomputer dengan kemampuan tinggi. Walaupun masih terbatas untuk
kalangantertentu, seperti pelajar, mahasiswa, profesional, pelaku bisnis dan
sebagainya, namun pemakaiannya sudah semakin menyebar sehingga orang awam pun
sudah terbiasa dengan lingkungan di mana komputer merupakan alat bantu dalam
kegiatan-kegiatan sehari-hari.
3.
Cepatnya perkembangan dan penyebaran teknologi komunikasi di
kalangan masyarakat luas memenuhi kebutuhan ubiquitous communication yang
merupakan salah satu pilar teknologi Ambient Intelligence.
4.
Kebutuhan sumber daya manusia di bidang teknologi informasi
yang sudah semakin banyak tersedia. Ketersediaan sumber daya manusia ini
didukung oleh semakin berkembangnya sekolah-sekolah tinggi dan
universitas-universitas yang khusus mendalami bidang ilmu komputer dan
teknologi informasi.
5. Situasi lingkungan yang menuntut tersedianya fasilitas
pelayanan yang lebih efisien dan cepat. Jumlah populasi penduduk yang terus
meningkat akan menimbulkan masalah kualitas pelayanan dari berbagai instansi
yang melayani masyarakat luas. Masalah-masalah tersebut antara lain: antrian
yang disebabkan banyaknya orang yang memerlukan layanan yang sama pada saat
yang sama, kepadatan lalu-lintas yang juga disebabkan oleh makin banyaknya
orang memerlukan layanan. Bukan hanya pelayanan transportasi, tapi juga
pelayanan-pelayanan lain yang memerlukan transportasi karena mereka harus
datang ke lokasi.
Arsitektur
Peranan Ubiquitous computing di kehidupan sehari dan
juga kelebihan dan kekurangannya. Pada sebuah lingkungan Ubiquitous Computing
yang menghubungkan control penerangan(lampu) dan pemanas ruangan dengan alat
yang di pasang pada pakaian kita sehingga kondisi penerangan dan suhu ruangan
dapat di modulisasi secara terus menerus dan tak terlihat.
Contoh Ubiquitous Computing
1. Handphone
·
Kelebihan Kita dapat mengakses informasi dimana saja dengan
gadget yang di miliki seperti handphone,smartphone,tablet.
·
Kekurangan Penyalahgunaan kemudahan mengakses informasi
.contoh mengakses informasi tentang soal yang sedang di ujikan pada saat ujian
2. Elearning
·
Kelebihan Memberikan kemudahan kepada seluruh mahasiswa atau
pun pelajar dalam belajar tanpa harus dating langsung ke kampus atau sekolah.
· Kekurangan Membuat mahasiswa atau pun pelajar menjadi malas
karena tanpa ada pengawasan guru atau pun dosen.
3. Mobil
·
Kelebihan Sang engineer telah di lengkapi dengan sebuah badge
pintar berisi microchip jadi saat mobilnya mendekati gerbang pagar rumah dan
pemancaran mengenai kendaraan tersebut secara otomatis gerbang akan terbuka.
·
Kekurangan Hanya mobil tertentu saja yang bisa membuka
gerbang pagar rumah tersebut.
4. Ruangan
·
Kelebihan Ruangan yang di pasang device pemancar yang secara
otomatis akan mengaktifkan sensor pada saat ia memasuki ruangan kerjanya akan
terbuka secara otomatis.
· Kekurangan Terjadi pemborosan listrik secara berlebihan
karena system menyala tanpa di perlukan.
5. Kulkas
· Kelebihan Kulkas yang berada di rumah kita yang terhubung
dengan jaringan komputasi berskala besar, jika isi kulkas kosong ,maka otomatis
kulkas mengirim sinyal ke salah satu supermarket yang ada dalam jaringan
melalui sensor yang di milikinya ,dan secara otomatis pihak supermarket mengisi
kulkas anda tanpa perlu bersusah payah mengisinya.
·
Kekurangan Tidak semua barang bias update ,karena hanya
barang yang bias di pilih.
Contoh lain dari Ubiquitous
Computing awalnya adalah artis “Live Wire” Natalie Jeremijenko, juga
dikenal sebagai “String Menggantung”, dipasang di Xerox PARC selama Mark Weiser
di sana. Ini adalah seutas tali yang melekat pada motor stepper dan dikontrol
oleh koneksi LAN, aktivitas jaringan menyebabkan string berkedut, menghasilkan
indikasi perifer terlihat lalu lintas. Weiser menyebut contoh teknologi tenang.
Mungkin contoh yang bisa menjadi konsep ke depannya :
·
Ketika seseorang memasuki ruangan, maka sistem komputer dalam
ruangan tersebut akan mendeteksi suhu ruangan dengan sensornya, dan menyalakan
AC dengan menyesuaikan temperatur dengan kebiasaan orang tersebut.
·
Ketika kita berbelanja ke toko, kita hanya perlu membawa
sebuah ponsel yang menyimpan semua informasi seperti data diri, informasi kartu
kredit, dan informasi lainnya yang memungkinkan untuk bertransaksi dengannya.
6. Virtual Reality
Virtual reality atau yang
disebut dengan realitas maya adalah teknologi yang memungkinkan pengguna bisa
berinteraksi terhadap objek nyata yang disimulasikan menggunakan komputer.
Virtual reality umumnya adalah suatu lingkungan/ objek yang hanya ada dalam
imajinasi yang mempu membangkitkan suasana 3 dimensi sehingga membuat pengguna
seolah-olah terlibat secara fisik.
Contoh: Simulasi
penerbangan.
Pilot bisa menggunakan
sistem virtual reality untuk melakukan simulasi penerbangan sebelum melakukan
penerbangan yang sebenarnya.
Piranti Dasar Virtual
Reality
·
Glove : Piranti masukan yang dapat
menangkap gerakan tangan dan mengirim informasi ke sistem.
·
Headset : Piranti yang berfungsi untuk
memonitor gerakan kepala
·
Walker : Piranti yang digunakan untuk memantau gerakan kaki.
Cara Kerja Virtual Reality:
Cara kerja sistem virtual reality yakni pengguna
memperhatikan suatu dunia semu, yang sebetulnya berbentuk gambar-gambar yang
bersifat dinamis. Dengan media perangkat headphone atau speaker, pengguna bisa
mendengar suara yang realistis. Dengan media headset, glove dan walker, semua
gerakan pengguna dipantau oleh sistem kemudian sistem memberikan reaksi yang
sesuai. Sehingga seolah-olah pengguna merasakan sedang berada pada situasi yang
nyata, dan dapat dirasakan baik secara fisik maupun psikologis.
Perbedaan Ubiquitous, Mobile, Grid, dan Cloud Computing
Mobile Computing
Beberapa pengertian tentang mobile computing diantaranya :
- Mobile computing merupakan paradigma baru dari teknologi yang mampu melakukan komunikasi walaupun user melakukan perpindahan.
- Merupakan kemajuan teknologi komputer, sering disebut sebagai mobile computer (portable computer) yang dapat berkomunikasi dengan jaringan tanpa kabel (nirkabel).
- Merupakan sekumpulan peralatan(hardware), data, dan perangkat lunak aplikasi yang bermobilisasi/berpindahlokasi.
- Merupakan kelas tertentu dari system terdistribusi dimana beberapa node dapat melepaskan diri dari operasi terdistirbusi, bergerak bebas, dan melakukan koneksi kembali pada jaringan yang berbeda.
- Tidak sama dengan wireless computing
Grid computing merupakan salah satu jenis dari komputasi modern. Grid computing adalah arsitektur yang menghasilkan sistem informasi perusahaan yang berbiaya rendah dan lebih adaptif terhadap bisnis. Grid computing juga dapat diartikan resource dan penyelesaian masalah terkoordinasi dalam organisasi virtual yang dinamis dan multi-institusional. Grid computing memiliki perbedaan yang lebih menonjol dan diterapkan pada sisi infrastruktur dari penyelesaian suatu proses. Grid computing adalah suatu bentuk cluster (gabungan) komputer – komputer yang cenderung tak terikat batasan geografi.
Cloud Computing adalah komputasi berbasis internet, dimana berbagi sumber daya, perangkat lunak dan informasi yang diberikan kepada komputer dan perangkat lain, seperti utilitas publik.
Pasca-desktop model interaksi manusia-komputer dalam pengolahan informasi yang telah sepenuhnya terintegrasi ke dalam objek dan aktivitas sehari-hari. Dalam rangka kegiatan biasa, seseorang "menggunakan" komputasi di mana-mana melibatkan banyak perangkat komputasi dan sistem secara bersamaan, dan mungkin tidak selalu bahkan menyadari bahwa mereka melakukannya. Model ini biasanya dianggap sebagai kemajuan dari paradigma desktop.
Perbedaan Mobile, Grid, Cloud, dan Ubiquitous computing
- Mobile computing menggunakan teknologi mobile untuk menjalankannya seperti handphone, carputer dan ultra mobile PC, sedangkan grid dan cloud computing menggunakan PC pada umumnya untuk menjalankannya
- Biaya untuk pengadaan energi bagi mobile computing cenderung lebih mahal dibanding grid dan cloud computing apabila tidak ada sumber daya listrik karena membutuhkan sumber daya pengganti yaitu baterei.
- Mobile computing tidak terlalu membutuhkan tempat yang besar untuk mengoperasikannya dibanding grid dan cloud computing karena cenderung portable dan mudah dibawa kemana saja.
- Pada mobile computing, proses komputasi cenderung dilakukan sendiri oleh user. Pada grid computing, proses komputasi dilakukan terpusat maupun tidak terpusat dimana consumer membutuhkan discovery server. Pada cloud computing, proses komputasi membutuhkan ASP dan internet sebagai media penghubung.
- Ubiquitous Computing secara terminologi berarti “komputasi dimanamana”, yang berarti kita dapat melakukan komputasi dimana saja dan kapan saja, tanpa perlu berada di depan perangkat komputer (off the desktop).
Aspek-aspek yang Mendukung Pengembangan Ubiquitous Computing
Sebelum adanya konsep
ubicomp sendiri, selama bertahun-tahun kita telah menjadi saksi dari berbagai
riset tentang natural interfaces, yaitu penggunaan aspek-aspek alami sebagai
cara untuk memanipulasi data, contohnya teknologi semacam voice recognizer
ataupun pen computing. Saat ini implementasi dari berbagai riset tentang input
alamiah beserta alat-alatnya tersebut yang menjadi aspek terpenting dari
pengembanganubicomp. Kesulitan utama dalam pengembangan natural interfaces
adalah tingginya tingkat kesalahan (error prone).
Dalam natural
interfaces, input mempunyai area bentuk yang lebih luas, sebagai contoh
pengucapan vokal “O” oleh seseorang bisa sangat berbeda dengan orang lain meski
dengan maksud pengucapan yang sama yaitu huruf “O”. Penulisan huruf “A” dengan
pen computing bisa menghasilkan ribuan kemungkinan gaya penulisan yang dapat
menyebabkan komputer tidak dapat mengenali input tersebut sebagai huruf “A”.
Berbagai riset dan teknologi baru dalam Kecerdasan Buatan sangat membantu dalam
menemukan terobosan guna menekan tingkat kesalahan (error) di atas. Algoritma
Genetik, Jaringan Saraf Tiruan, dan Fuzzy Logic menjadi loncatan teknologi yang
membuat natural interfaces semakin “pintar” dalam mengenali bentuk-bentuk input
alamiah.
Context aware computing
adalah salah satu cabang dari ilmu komputer yang memandang suatu proses
komputasi tidak hanya menitikberatkan perhatian pada satu buah obyek yang
menjadi fokus utama dari proses tersebut tetapi juga pada aspek di sekitar
obyek tersebut. Sebagai contoh apabila komputasi konvensional dirancang untuk
mengidentifikasi siapa orang yang sedang berdiri di suatu titik koordinat
tertentu maka komputer akan memandang orang tersebut sebagai sebuah obyek
tunggal dengan berbagai atributnya, misalnya nomor pegawai, tinggi badan, berat
badan, warna mata, dan sebagainya.
Di lain pihak Context Aware
Computing tidak hanya mengarahkan fokusnya pada obyek manusia tersebut, tetapi
juga pada apa yang sedang ia lakukan, di mana dia berada, jam berapa dia tiba
di posisi tersebut, dan apa yang menjadi sebab dia berada di tempat tersebut.
Dalam contoh sederhana di atas tampak bahwa dalam
menjalankan instruksi tersebut, komputasi konvensional hanya berfokus pada
aspek “who”, di sisi lain Context Aware Computing tidak hanya berfokus pada
“who” tetapi juga “when”, “what”, “where”, dan “why”. Context Aware Computing
memberikan kontribusi signifikan bagi ubicomp karena dengan semakin tingginya
kemampuan suatu device merepresentasikan context tersebut maka semakin banyak
input yang dapat diproses berimplikasi pada semakin banyak data dapat diolah
menjadi informasi yang dapat diberikan olehdevice tersebut.
Perkembangan teknologi mikro
dan nano, yang menyebabkan ukuran microchip semakin mengecil, saat ini menjadi
sebuah faktor penggerak utama bagi pengembangan ubicomp device. Semakin kecil
sebuah deviceakan menyebabkan semakin kecil pula fokus pemakai pada alat
tersebut, sesuai dengan konsep off the desktopdari ubicomp.
Teknologi yang memanfaatkan
berbagai microchip dalam ukuran luar biasa kecil semacam T-Engine ataupun Radio
Frequency Identification (RFID) diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam
bentuk smart card atau tag. Contohnya seseorang yang mempunyai karcis bis
berlangganan dalam bentuk kartu cukup melewatkan kartunya tersebut di atas
sensor saat masuk dan keluar dari bis setelah itu saldonya akan langsung
didebet sesuai jarak yang dia tempuh.
Di negara-negara dengan
teknologi maju seperti Jepang, saat ini teknologi mikro dan nano telah
diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari lewat berbagai sensor dan alat-alat
pemroses data dalam ukuran yang tidak terlihat oleh manusia di tempat-tempat
umum seperti tampak pada gambar berikut :
Sensor yang terpasang di tempat umum sangat membantu
bagi orang-orang cacat ataupun para turis. (sumber gambar: IEEE Pervasive
Computing).
Potensi Ubiquitous di Indonesia
Dalam paper yang disampaikan pada Seminar dan Pameran Teknologi Informasi, Wawan Wardiana (2002) menyimpulkan bahwa perkembangan teknologi informasi di Indonesia sangat dipengaruhi oleh kemampuan sumber daya manusia dalam memahami komponen teknologi informasi, seperti perangkat keras dan perangkat lunak komputer, sistem jaringan baik berupa LAN maupun WAN dan sistem telekomunikasi yang akan digunakan untuk transfer data.
Pada saat ini kemampuan sumber daya manusia dalam memahami komponen teknologi informasi sudah semakin meningkat. Salah satu bukti pemahaman ini adalah dengan trend teknologi informasi yang tidak saja berpengaruh terhadap gaya hidup para profesional, pelaku bisnis dan pemakai lain di kalangan orang dewasa, tetapi juga berpengaruh terhadap para remaja di tingkat sekolah bahkan anak-anak. Penggunaan teknologi komunikasi seperti SMS, MMS, chatting dan e-mail sudah begitu memasyarakat. Trend penggunaan teknologi informasi ini juga dapat kita jumpai di berbagai bidang, seperti pendidikan, perbankan, perdagangan, pemerintahan dan lain-lain.
Di bidang pendidikan, teknologi informasi sangat berperan dalam menyediakan sarana belajar-mengajar yang lebih efisien seperti trend belajar jarak jauh (distance learning), belajar secara elektronis (e-learning), perpustakaan elektronik (e-library), dan multimedia. Sebagai contoh, Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang memberikan kemudahan bagi seluruh mahasiswa untuk melakukan pembayaran uang kuliah melalui bank tanpa harus datang ke kampus, melihat nilai atau mengecek absensi cukup melalui SMS Kampus. Di bidang perbankan, teknologi informasi memberikan kemudahan-kemudahan dalam bertransaksi. Semakin banyak pelaku ekonomi, khususnya di kota-kota besar yang tidak lagi menggunakan uang tunai dalam transaksi pembayarannya, tetapi cukup menggunakan kartu elektronik atau smart card. Nasabah pun tidak perlu lagi datang ke lokasi untuk melakukan transfer uang ke bank yang berbeda.
Berdasarkan fakta-fakta yang digambarkan di atas, muncul suatu pemikiran bahwa trend teknologi informasi di Indonesia akan mengarah ke ubiquitous computingyang merupakan konsep dasar dari teknologi Ambient Intelligence. Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan akan potensi penggunaan teknologi AmI di Indonesia ini adalah sebagai berikut:
1. Semakin berkembangnya teknologi jaringan khususnya jaringan nirkabel yang memungkinkan transfer data dapat dilakukan dengan lebih cepat dengan biaya yang relatif lebih kecil.
2. Tingkat kemampuan masyarakat dalam menggunakan atau membeli komputer dengan kemampuan tinggi. Walaupun masih terbatas untuk kalangan tertentu, seperti pelajar, mahasiswa, profesional, pelaku bisnis dan sebagainya, namun pemakaiannya sudah semakin menyebar sehingga orang awam pun sudah terbiasa dengan lingkungan di mana komputer merupakan alat bantu dalam kegiatan-kegiatan sehari-hari.
3. Cepatnya perkembangan dan penyebaran teknologi komunikasi di kalangan masyarakat luas memenuhi kebutuhan ubiquitous communication yang merupakan salah satu pilar teknologi Ambient Intelligence.
4. Kebutuhan sumber daya manusia di bidang teknologi informasi yang sudah semakin banyak tersedia. Ketersediaan sumber daya manusia ini didukung oleh semakin berkembangnya sekolah-sekolah tinggi dan universitas-universitas yang khusus mendalami bidang ilmu komputer dan teknologi informasi.
5. Situasi lingkungan yang menuntut tersedianya fasilitas pelayanan yang lebih efisien dan cepat. Jumlah populasi penduduk yang terus meningkat akan menimbulkan masalah kualitas pelayanan dari berbagai instansi yang melayani masyarakat luas. Masalah-masalah tersebut antara lain: antrian yang disebabkan banyaknya orang yang memerlukan layanan yang sama pada saat yang sama, kepadatan lalu-lintas yang juga disebabkan oleh makin banyaknya orang memerlukan layanan. Bukan hanya pelayanan transportasi, tapi juga pelayanan-pelayanan lain yang memerlukan transportasi karena mereka harus datang ke lokasi.
Sumber: